[Review Indo-Seri] Detektif Soleh (2021): Representasi Brand Mola TV yang Menjanjikan?
Semenjak ada kabar kalau Justice League Snyder Cut tayang di Mola TV, saya jadi melirik OTT satu ini, ada apa saja sebenarnya tayangan-tayangan di Mola TV? Pada akhirnya saya diyakinkan untuk berlangganan OTT satu ini. Bukan.. bukan karena Justice League Snyder Cut yang memang meskipun itu salah satu alasan kuat. Tapi yang membuat semakin yakin adalah koleksi film-film klasik yang termasuk lumayan banyak dan yang lebih mengejutkan dan menyenangkan lagi adalah pilhihan filmnya termasuk top tier, alias berkualitas. Kejutan tidak berhenti. Setelah berlangganan, saya justru semakin terpuaskan dengan konten-konten eksklusif milik Mola TV. Entah kenapa saya merasa sangat perlu mengapresiasi Mola TV. Setelah tahun kemarin sempat muncul film berjudul Mudik yang juga mendapat beberapa penghargaan juga, Mola TV juga punya konten ekslusif berupa series berjudul Detektif Soleh, dan series ini seperti menunjukan representasi visi jenis konten macam apa yang akan hadir di Mola TV, berkualitas.
Read the rest of this entry[Review US-Series] WandaVision (2021): Konsep Multiverse MCU Masih Hoax
Proyek perdana series MCU di Disney plus telah resmi dimulai melalui WandaVision dengan 9 episodenya. Tentu saja menarik melihat bagiamana franchise ini berlanjut pasca Avenger End Game. Setelah 2020 tidak ada konten baru dari MCU karena Black Widow ditunda penayangannya, otomatis WandaVision adalah pelipur lara mengingat MCU sebelumnya tak pernah absen tiap tahun mengeluarkan produk sejak 2010. Ya elah, emang bener segitu menderitanya ya fans MCU? Semoga tidak ya.
Read the rest of this entry[Review Indo-Seri] Imperfect The Series (2021): Menjaga Nama Baik Franchise
Akhir-akhir ini saya tertarik dengan katalog series Indonesia yang dimiliki WeTV. Keproduktifan mereka jujur saja membuat saya agak lega, karena setidaknya Indonesia mulai berpikir soal membuat cerita berseri yang baik, harapannya sih gitu. Yah, setidaknya saya sudah menonton 3 seri di WeTV sejauh ini, awalnya tertarik dengan Yowis Ben The Series, kemudian My Lecture My Husband, dan yang baru saja selesai ditonton adalah Imperfect The Series. Pada akhirnya, saya memilih untuk menulis Imperfect The Series terlebih dahulu karena judul ini yang paling saya nikmati.
Read the rest of this entry[Review Indo-Seri] SI Doel Anak Sekolahan Season 2 (1994): Mengemas Isu Penting dalam Tontonan Merakyat
Season 1 diakhiri dengan keberhasilan Doel lulus kuliiah, membuat Doel harus bersiap ke babak hidup berikutnya. Inilah tema utama SI Doel season 2, cerita akan berkutat pada fase quarter life crisis dari Si Doel. Berusaha mencari kerja, dengan beban sebagai lulusan S1, juga tekanan dari lingkungan sekitar yang skeptis akan perlunya pendidikan dalam hidup yang selalu dikaitkan dengan keberhasilan materil. Inilah spesialnya SI Doel, menyajikan masalah yang akan terasa begitu dekat dengan penontonnya.
[Review Indo-Seri] Si Doel Anak Sekolahan Season 1 (1994): Ketika Interaksi Karakter Jauh Lebih Menarik dari Plot Cerita
Si Doel adalah sebuah legenda iconic dipertelivisian nasional. Perolehan penonton film-film sekuel dari sinetron ini bisa menjadi bukti betapa masyarakat masih mencintai franchise ini. Saya tidak ikut hype film Si Doel, karena memang saya bukan generasi penikmat sinetron Si Doel. Tapi tentu saya penasaran apa yang membuat sinetron ini begitu legendaris, sebuah masa dimana Indonesia sedang mengalami masa keemasan di pertelevisian, dan masih menanti entah kapan untuk bangkit. Akhirnya, berkat WFH, saya punya kesempatan untuk menuntaskan rasa penasaran.
[Review Indo-Movie] Bumi Manusia (2019): Dari Sastra Roman Menjadi Teen Flick Era Kolonial
Teman saya dengan akun twitter bernama @aaayenk mengetweet, katanya kebanyakan fans Pram yang tidak rela dengan kehadiran film Bumi Manusia ini ada hubungannya dengan kebudayaan tak kasat mata. Novel Pram yang dianggap High Culture sekonyong-konyong jadi film kawula muda dan Pop Culture banget. Nggak salah, Cuma bergeser aja posisinya. Saya pikit, benar juga apa yang dicuitnya.
[Review Anime] 3D Kanojo Girl Season 2 (2019): Tidak Lagi Befokus Pada Igarashi Iroha-Tsutsui Hikari
Mendengar 3D Kanojo Girl berlanjut ke season 2 termasuk mengejutkan buat saya. Saya tidak punya ekspektasi untuk melihat lanjutan kisah Iroha dan Hikari dimana bagi saya cerita season pertama sudah ok. Meskipun memang masih ada pertanyaan yang belum terjawab, melihat trend anime romance seperti ini memang tidak sering berlanjut, jadi saya benar-benar tidak begitu berekspektasi mendapat lanjutan. Jadi, apa yang saya dapat di season 2 ini?
[Review Indo-Movie] Pocong The Origin (2019): Satu Lagi Horor Indonesia yang Punya Style Unik
Beruntung semangat berkreativitas dalam membuat horror masih ada. Masih ada creator yang berlomba-lomba untuk memberikan sesuatu yang baru. Semenjak Pengabdi Setan, berbagai horror dengan varian barupun muncul meski Pengabdi Setan itu sendiri bukan salah satunya. Ada Mereka yang Tak Terlihat yang lebih focus ke drama, ada Kafir yang punya gaya slowburn dengan sentuhan local yang kuat, ada Sebelum Iblis Menjemput dengan horror-satanic-teror ala barat yang belum ada di Indonesia, bahkan proyek remake-an Suzzanna pun digarap serius dengan sesuatu yang baru berupa sentuhan horror klasik 80-an. Sempat khawatir bagaimana kelanjutan hegemoni ini karena selama 3 bulan pertama tahun ini, belum ada film horror yang impresif, beberapa Cuma berpotensi namun gagal eksekusi, kebanyakan ya medioker. Untungnya di bulan ini, film horror kembali menggeliat. Setelah Sunyi hadir dengan sesuatu yang cukup unik, sebuah perpaduan sukses meremake film Korea, kini Monty Tiwa turut muncul mempersembahkan sesuatu dengan serius, Pocong The Origin.
[Review US-Movie] Shazam! (2019): Pembuktian DC. Bisa Kelam, Bisa Cerah
Perlahan tapi pasti, DC mulai mendapatan kepercayaan penonton. Setelah bangkit dengan Aquaman, DC kembali mendapat sambutan baik melalui Shazam! Bagi saya pribadi, DCEU or WODC masih melanjutkan track positifnya dalam menggarap film solo. Setelah Man of Steel (Iya, MOS itu keren, ape lo), Wonder Woman, dan Aquaman, kini Shazam! Menjadi penegas bahwa DC memang bagus dalam menggarap film solo superhero. Namun melalui Shazam!, ini adalah proyek penting DC untuk menunjukan bahwa DC bisa bikin film superhero dengan bebas, mau itu serius dan kelam seperti citra DC selama ini, bisa juga bikin superhero yang fun, dan inilah dia, Shazam!